Rabu, 16 Juni 2010

seperti kopi pagi ini

pahit hitam pekat
mencengkeram lidah
membekukan ludah
membangun sekat

manis aneka tari
karang-karang gigi goyang
lalu seperti linggis menusuk lobang
senut asam semut

gelas buram berdenting
bukan sendok teh lagi melainkan garpu
lima ujung runcing mengaduk
kilat tajamnya mengancam

beradu manfaat di perut zaman
asam di lambung membuih
senyawa maniak masuk bersekutu dengan darah
mengalirkan marah

genderang perut membuncit
pasukan tiarap bau kentut
merayap merayapi
rumput-rumput nasib

:lihat para pemancing itu
tertawa riuh melihat sajian ketololan
siap lemparkan patis bersenar bredit
tepatkan di jakun yang naik turun

2 komentar:

  1. seperti kopi pagi ini - puisi yang kontemplatif. rangkaian diksi yang mantap menghadirkan imaji kenisbian, bahkan kritik sosial yang manusiawi. Congrat Mas Eko. Selamat berkarya. Salam.

    BalasHapus
  2. waduh...ana tamu to, makasih dah kersa rawuh..hahaha

    BalasHapus