pahit hitam pekat
mencengkeram lidah
membekukan ludah
membangun sekat
manis aneka tari
karang-karang gigi goyang
lalu seperti linggis menusuk lobang
senut asam semut
gelas buram berdenting
bukan sendok teh lagi melainkan garpu
lima ujung runcing mengaduk
kilat tajamnya mengancam
beradu manfaat di perut zaman
asam di lambung membuih
senyawa maniak masuk bersekutu dengan darah
mengalirkan marah
genderang perut membuncit
pasukan tiarap bau kentut
merayap merayapi
rumput-rumput nasib
:lihat para pemancing itu
tertawa riuh melihat sajian ketololan
siap lemparkan patis bersenar bredit
tepatkan di jakun yang naik turun
seperti kopi pagi ini - puisi yang kontemplatif. rangkaian diksi yang mantap menghadirkan imaji kenisbian, bahkan kritik sosial yang manusiawi. Congrat Mas Eko. Selamat berkarya. Salam.
BalasHapuswaduh...ana tamu to, makasih dah kersa rawuh..hahaha
BalasHapus