Selasa, 22 Juni 2010

lapuk palang pintuku

sudah kau putuskan untuk pergi
mengapa hanya diam menghadap kesana
seperti belenggukah ambang pintu itu?
bukankah hanya selapuk kayu ?

bila benar-benar tlah kau rasakan benar
yang membulatliatkan tekadmu tuk pergi
pergilah

pergilah dengan mengangkat kaki tinggi-tinggi
pintuku sudah lapuk selapuk dalam dada
kutakut sandungmu meruntuhkan
hingga kuterkubur cinta merana

pergilah selagi iba belum mengungkit rasa
atau kau tetap menghadap kesana saja
sembunyikan airmata paras sayu
sendu merayu

segera aku ke balik bilik
melekatkan jidat tepat di gambar bintang
ujung menara masjid
melekatkan pikir dari gambaran palang pintu lapukku
aku shalat lupa raka'at

Tidak ada komentar:

Posting Komentar