temaram lembayung jingga menerobos mega
seperti warna empat puluh tahun lalu
kuterawang dari sudut serambi
selalu kurintihkan diriku yang menua, anakku dewasa
tersilap aku memikirkan diriku sendiri
tentang ini dan itu
tentang semakin pendeknya masadepan
sering tak kusadari jika Ibuku masih ada
cahaya masih terpancar dari wajah
wajah jingga keriput mega, tubuh lemah jiwa gelisah.
sedang mencuci bajunya sendiri. sendiri.
ingatkah saat engkau gendang-gendong diriku
dalam buaian nyanyian lirih titik sandora
kala itu aku meronta-ronta meminta-minta
kau pun wujudkan mobil-mobilan dari kayu meski seminggu
Ibu,
semampu saku kubeli mobil
aku akan menggendongmu kemana kau mau
kusadari saat kemarin engkau cerita sambil tertawa
jika mobil-mobilanku dulu itu hasil dari berhutang pada tetangga
tapi engkau tak boleh tahu jika mobil tua ini juga berhutang pada bank
Ibu,
aku akan menggendongmu
menggendongmu kemana kau mau
menggendongmu kemana saja kau tuju
Tidak ada komentar:
Posting Komentar