Senin, 29 Maret 2010

slendro blero

kekasih,
tahukah kamu aku berkelebat di seputarmu
dengarkah kamu aku berteriak di kedua telingamu
merasakah kamu aku meremas kuat kedua lenganmu

kekasih,
apa aku keliru
hingga kau tetap saja membatu seperti patung
aku sepuluh centimeter dari hidungmu,
tetapi kau menunjuk-nunjuk jauh dan berteriak
aku disana sedang menyakitimu

bertahun-tahun seperti itu

komunikasi yang tidak rapi
bahasa yang tidak dimengerti
saling salah menanggapi
kau marah ketika aku sampaikan cinta
aku marah ketika kau nyatakan sayang

dan orang-orang yang kau tunjuk-tunjuk itu menggerutu
saat aku selalu saja lupa membawa budaya kita yang keliru
kepada mereka

kekasihku,
mengapa kita tidak berbicara sederhana saja
dengan satu bahasa
dengan kata-kata
pelan-pelan saja
dan saling runcingkan telinga
selayak kita takut anak-anak kan mencuri suara itu

kekasihku,
kita bukan selebriti
yang perpisahannya membawa rejeki
maka
marilah
ayolah
kita mulai lagi belajar bersandaugurau
tertawa ria dan tersenyum
seperti layaknya orang-orang yang kita tunjuk-tunjuk itu

kekasihku,
pertengkaran yang bertahun-tahun ini
sudah membuahkan petaka
lihatlah ibu kita sudah mulai enggan berdoa
dia tengah tertatih-tatih menyiapkan kuburannya sendiri

menyesalkah kita nanti?
apabila jasad ibu dikubur para tetangga
atau bahkan sampai didoakan lalu kita menjadi contoh yang buruk
yang akan diceritakan pada anak cucu mereka

sementara kita saling bersilang pikir
berbeda rasa

kemudian kita lihat bersama-sama
anak-anak kita memeluk kubur neneknya
dengan tulang iganya yang sudah mengering

kekasihku,
tataplah mataku ini
aku tidak ada jauh dibalik sana
aku disini hanya sepuluh centimeter dari hidungmu

(untuk sahabatku yang dirundung rindu sakinah)

2 komentar:

  1. slendro belendro tuh apa to
    tapi bagus puisinya jempol tuk eko

    cocoknya jd seniman bukan pegawai..wkwkwk

    BalasHapus
  2. terimakasih Anna, slendro itu seperangkat gamelan yang berbunyi selayak minor di keyboarmu, lalu blero artinya fals...salam

    BalasHapus