Selasa, 04 Mei 2010

ubi bakar

telah sepakat kita membakar ubi
membangun unggun
satu per satu
kau seranting aku sekayu

terbayang
kayu rapih tertata
rapat runcing sudut menepat purnama

ubi yang selalu tumbuh
mencabut pohonnya bak menyunting kata
daun menipas tergoyang
lambaikan kepasrahan
lalu
ada batang patah retak koyak berderak
berdarah getah

ranting dan kayu unggun terakhir
punya cerita

tergesa cemaskan purnama kan usai
kau cabut serabutan ranting berduri
kupikul kayu patahkan bahu

maka
anggun unggun siap diapikan
dengan berminyakkan
darahmu dan peluh airmataku

disisa-sisa tenaga
kita gotong berdua ubi kecil ini
dekatkan harapan kan pesta
ubi bakar
hitam pahit di luar
putih berserabut di dalam

lalu tangis kita memecah sunyi
saat menyadari
korek api
tertinggal di pasar raya kota





Tidak ada komentar:

Posting Komentar