Minggu, 09 Januari 2011

saat tak ingin menulis

Saat tak ingin menulis. Saat yang tergambarkan bagai rinai gerimis yang alir basahnya merambati otak yang karat dari hasrat. Tubuh hanya menggeliat mencoba mengusir penat. Tatapan menggejala rabun senja seperti ayam yang berjalan miring ke kanan dan kekiri bahkan sampai kepalanya berada di selangkangannya sendiri menghadap belakang. Berjalan maju serasa mundur.

Pintu seperti sengaja terbuka separuh. Di luar belukar bertumpuk undung duri. Tumbuhan merambat yang berbatang duri, berdaun duri. Duri yang jika menancap akan tanggal dari tangkainya lalu menancap dikulit menembus ari. Mata yang terbuka setengah, nanar oleh asap. Asap dari bakaran kayu-kayu kerontang bergelimpang di dalam kepala. Sumber apinya nyala hati terbakar. Hati yang bergesekan dengan dunia. Lelaki itu terpenjara jeruji idenya sendiri. Jeruji yang karat seperti sekarat jiwanya.

Berjalan dalam keterbatasan, berlari dalam keterbatasan, melompat melambung dalam keterbatasan, menggali pun dalamnya terbatas. Sementara asap membumbung dari kepalanya. Hitam legam berjelaga.

Lelaki terpenjara kata-kata, saat tak ingin menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar